Usia 0-5 tahun sering disebut sebagai golden age (usia emas)
dimana fisik dan otak anak sedang berada di masa pertumbuhan
terbaiknya. Berbahagialah orang tua yang bisa meluangkan banyak waktu
bagi putra-putrinya yang berada di usia emas, setiap hari bisa menemukan
hal menakjubkan terkait perkembangan balitanya.
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi anak yang pintar,
aktif, dan sehat, secara fisik dan mental.
Menurut Psikolog Kasandra
Putranto -seperti dimuat detikhealth.com- ibu adalah tokoh sentral, jika
ibu bisa menjadi contoh baik dan sehat maka anak pun akan jadi baik dan
sehat kondisinya. Menjadi tokoh sentral maksudnya ibu yang melahirkan
dan membesarkan anak, juga berperan sebagai arsitek dalam
keluarga, tentu dengan tak melupakan peran ayah yang juga penting. Namun
karena biasanya sang ayah cenderung lebih sibuk mencari nafkah di luar
rumah, maka ibulah yang memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi
dengan anak.
Sebagai pendidik utama, ibu harus berperan sebagai sumber informasi
sehingga ibu harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Ibu harus rajin
membaca beragam buku dan artikel agar bisa menjadi sumber pengetahuan
bagi anak, memberi alasan kepada anak mengapa suatu hal boleh atau tak
boleh dilakukan, dan menjadi contoh yang baik.
Pada usia emas, kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat
tinggi. Apapun informasi yang diterima akan berdampak bagi anak. Di masa
ini, orang tua terutama ibu harus bisa mendidik dan mengoptimalkan
kecerdasan anak baik secara intelektual, emosional, dan spiritual. Usia
emas merupakan waktu terbaik bagi anak untuk mempelajari berbagai macam
keterampilan, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang akan berpengaruh pada
masa kehidupan selanjutnya, dan memperoleh konsep-konsep dasar untuk
memahami diri dan lingkungan sekitar.
Dr. Juke R. Siregar dalam buku halo balita yang dimuat mizan.com,
menyebutkan ada beberapa hal yang bisa menstimulasi/merangsang anak pada
usia emas agar kecerdasannya bisa optimal.
Pertama adalah pengalaman di alam terbuka.
Pengamatan anak-anak akan alam sangat detil. Anak-anak akan belajar
banyak dengan mengamati. Sering-seringlah mengajak mereka berwisata di
alam terbuka. Ceritakan tentang alam dan binatang. Jawablah pertanyaan
anak dengan bahasa mereka yang sederhana. Ajukan pula pertanyaan untuk
menggugah rasa ingin tahu anak.
Kedua anak belajar dari meniru dan mengamati orang
yang sering berinteraksi dengannya. Berbahagialah orang tua yang bisa
menghabiskan banyak waktu bersama anaknya. Anda bisa menstimulasi mereka
dengan menjadi teladan bagi anak. Kalau anda senang membaca, maka anak
pun akan cenderung demikian. Bayangkan jika anak Anda setiap hari
menghabiskan waktu bersama pengasuh yang hanya mengajak nonton televisi,
itulah yang ditirunya.
Ketiga hargailah anak sesuai usahanya, jangan bebani dengan target.
Biarkan mereka berkembang sesuai usianya. Kalau anak dibebani standar
misalnya harus pandai membaca, maka anak akan mati-matian menyenangkan
orang tuanya walaupun hati mereka tak bahagia.
Keempat pujilah anak atas usahanya. Jika anak
sudah berusaha dengan maksimal, berikanlah penghargaan dengan hal yang
bermanfaat. Misalnya dengan mengajak anak jalan-jalan ke toko buku lalu
membelikan buku yang disukainya, ajak berenang, dan mengunjungi tempat
rekreasi edukatif.
Kelima berikan mainan yang bermanfaat bagi perkembangan keterampilan anak usia mereka. Jangan sekadar video game
yang memicu kekerasan atau kecanduan. Berikan mainan edukatif yang
merangsang keingintahuan dan keterampilan anak. Dorong mereka untuk
memainkan permainan berkelompok yang merangsang interaksi dengan
teman-teman sebayanya.
Berilah anak kasih sayang dan rasa aman sehingga mereka pun akan
memberikan kasih sayang kepada sesama. Di usia emas, jika peran orang
tua membahagiakan dalam kehidupan mereka, memori ini akan terkenang
selamanya dan membawa pengaruh baik di kehidupan dewasanya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar